Fanatisme Vs
Anarkisme
Selain sebagai olahraga yang enak ditonton, sepakbola juga
merupakan cabang olahraga yang dianggap lebih merakyat sebab baik dari kalangan
bawah, menengah dan kalangan elitpun dapat menikmatinya. Karena kemerakyatannya
itulah sepakbola menjadi salah satu olahraga yang paling besar peminatnya
dibelahan bumi ini, khususnya apabila kita melihat ke dalam negeri, tentunya
kita tidak asing lagi dengan istilah-istilah the jack mania (supporter
persija Jakarta), bobotoh (persib bandung), aremania (malang), bonek
mania (persebaya), serta masih banyak lagi organisasi-organisasi supporter
lain yang menghiasi pesepakbolaan dinegri ini.
Kehadiran para supporter ini sering disebut-sebut sebagai pemain ke
dua belas dalam sebuah pertandingan, fanatisme serta antusias mereka seakan
memompa semangat para pemain dari tim pujaannya. Yel-yel serta
nyanyian-nyanyian takkan pernah berhenti dari tiap mulut-mulut mereka, tak ayal
kegembiraanpun muncul dari raut wajah mereka apabila tim yang mereka
bangga-banggakan dapat meraih kemenangan, terlebih jika dapat menjadi juara
turnamen. Konvoi, pawai, syukuran seakan menjadi ritual wajib yang harus tersaji
untuk merayakan kesuksesan itu.
Namun keadaan kadang berubah drastis dari apa yang telah tergambar
diatas, bilamana tim kebanggan mereka menelan kekalahan serta gagal merebut
juara. Fanatisme yang sangat mendarah daging ditubuh mereka berubah menjadi
anarkisme yang sangat menakutkan. Perusakan stadion, fasilitas umum, penjarahan
warung-warung makanan bahkan tawuran
antar supporterpun tak dapat terelakkan lagi, yang kadang tak jarang
mengakibatkan nyawa seseorang melayang percuma. Sungguh ironis apabila fenomena
ini yang berkembang dalam negri ini, semangat nasionalisme akan hilang karena
hanya kepentingan segelintir orang yang tak dapat menerima kegagalan secara
dewasa. Lebih-lebih apabila hal negatif ini merembet pada persoalan politik,
ekonomi, social dan sebagainya, sudah barang tentu akan semakin menambah
kesedihan ibu pertiwi. Realita yang ada telah membuktikan bahwa tidak jarang
dalam pemilihan-pemilihan kepala daerah disejumlah wilayah banyak terjadi
kerusuhan-kerusuhan serta aksi-aksi anarki yang membabi buta, seolah tak dapat
menerima kenyataan yang ada bahwa mereka berada dalam pihak yang kalah. Apabila
hal ini terus menerus dibiarkan sudah barang tentu negri ini akan sangat mudah
di adu dombakan dan tinggal menunggu waktu untuk kita saksikan keruntuhannya.
Fanatisme yang benar menurut hemat penulis ialah rasa kecintaan
terhadap sesuatu yang dipuja-puja dengan sepenuh hati tanpa memandang keadaaan
hal yang dipujanya itu baik ataupun
buruk, yang apabila dikaitkan dengan hal ini ialah persoalan kalah dan menang.
Kalah dan menang dalam sebuah persaingan sudah barang tentu menjadi sesuatu hal
yang wajar dan sudah semestinya diterima dengan lapang dan bijaksana. Fanatisme
yang benar tentu akan semakin menambah rasa persaudaraan serta kesatuan dan
persatuan antar elemen masyarakat dinegri ini yang sudah pasti akan membawa
kemakmuran serta kesejahteraan negri ini kedepan. Inilah kesadaran yang perlu
kita bangun bersama untuk mengarahkan kehidupan ini lebih baik dari yang pernah
ada. Bangunlah negriku, bangunlah bangsaku, bangunlah tanah airku, bangunlah
pertiwiku.